Thursday, February 11, 2010

Siapakah Maimunah Bt Harits?


بسم الله الرحمن الرحيم
اسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Alhamdulillah syukur kepada Allah SWT. Selawat dan salam ke atas Nabi junjungan umat Muhammad SAW serta ahli keluarga baginda. Salam mahabbah untuk anda semua.

Entri kali ini mengenai seorang srikandi yang bernama Maimunah Bt Harits. Siapakah dia?Apa yang menarik tentang Maimunah ini?Semoga pembaca dapat menambah pengetahuan sedikit sebanyak.


Dialah Maimunah binti al-Harits bin Huzn bin al-Hazm bin Ruwaibah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin Sha’sha’ah al-Hilaliyah. Saudari dari Ummul Fadhl istri Abbas. Beliau adalah bibi dari Khalid bin Walid dan juga bibi dari Ibnu Abbas.
Beliau termasuk pemuka kaum wanita yang masyhur dengan keutamaannya, nasabnya dan kemuliaannya. Pada mulanya beliau menikah dengan Mas’ud bin Amru ats-Tsaqafi sebelum masuk Islam sebagaimana beliau.

Namun beliau banyak mondar-mandir ke rumah saudaranya Ummul Fadhl sehingga mendengar sebagian kajian-kajian Islam tentang nasib dari kaum muslimin yang berhijrah. Sampai kabar tentang Badar dan Uhud yang mana hal itu menimbulkan bekas yang mendalam dalam dirinya.

Tatkala tersiar berita kemenangan kaum muslimin pada perang Khaibar, kebetulan ketika itu Maimunah berada didalam rumah saudara kandungnya yaitu Ummu Fadhl, maka dia juga turut senang dan sangat bergembira. Namun manakala dia pulang ke rumah suaminya ternyata dia mendapatkannya dalam keadaan sedih dan berduka cita karena kemenangan kaum muslimin. Maka hal itu memicu mereka pada pertengkaran yang mengakibatkan perceraian. Maka beliau keluar dan menetap di rumah al-‘Abbas.

Ketika telah tiba waktu yang telah di tetapkan dalam perjanjian Hudaibiyah yang mana Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam diperbolehkan masuk Mekkah dan tinggal di dalamnya selama tiga hari untuk menunaikan haji dan orang-orang Quraisy harus membiarkannya. Pada hari itu kaum muslimin masuk Mekkah dengan rasa aman, mereka mencukur rambut kepalanya dengan tenang tanpa ada rasa takut. Benarlah janji yang haq dan terdengarlah suara orang-orang mukmin membahana,”Labbaikallâhumma Labbaika Labbaika Lâ Syarîka Laka Labbaik…”. Mereka mendatangi Mekkah dalam keadaan tertunda setelah beberapa waktu bumi Mekkah berada dalam kekuasaan orang-orang musyrik.


Maka debu tanah mengepul di bawah kaki orang-orang musyrik yang dengan segera menuju bukit-bukit dan gunung-gunung karena mereka tidak kuasa melihat Muhammad dan para sahabatnya kembali ke Mekkah dengan terang-terangan, kekuatan dan penuh wibawa. Yang tersisa hanyalah para laki-laki dan wanita yang menyembunyikan keimanan mereka sedangkan mereka mengimani bahwa pertolongan sudah dekat.

Maimunah adalah salah seorang yang menyembunyikan keimanannya tersebut. Beliau mendengarkan suara yang keras penuh keagungan dan kebesaran. Beliau tidak berhenti sebatas menyembunyikan keimanan akan tetapi beliau ingin agar dapat masuk Islam secara sempurna dengan penuh Izzah (kewibawaan) yang tulus agar terdengar oleh semua orang tentang keinginannya untuk masuk Islam.

Dan diantara harapannya adalah kelak akan bernaung di bawah atap Nubuwwah sehingga dia dapat minum pada mata air agar memenuhi perilakunya yang haus akan aqidah yang istimewa tersebut, yang akhirnya merubah kehidupan beliau menjadi seorang pemuka bagi generasi yang akan datang. Dia bersegera menuju saudara kandungnya yakni Ummu fadhl dengan suaminya ‘Abbas dan diserahkanlah urusan tersebut kepadanya.

Tidak ragu sedikitpun Abbas tentang hal itu bahkan beliau bersegera menemui Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan menawarkan Maimunah untuk Nabi. Akhirnya Nabi menerimanya dengan mahar 400 dirham. Dalam riwayat lain, bahwa Maimunah adalah seorang wanita yang menghibahkan dirinya kepada Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam maka turunlah ayat dari Allah Tabaraka Ta’ala(artinya) :
“….Dan perempuan mukmin yang menyerahkan diri kepada Nabi kalau Nabi mengawininya sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin….”( al-Ahzab: 50)

Ketika sudah berlalu tiga hari sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perjanjian Hudaibiyah, orang-orang Quraisy mengutus seseorang kepada NabiShallallâhu ‘alaihi wa sallam. Mereka mengatakan: ”Telah habis waktumu maka keluarlah dari kami”.

Maka Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan ramah:
“Bagaimana menurut kalian jika kalian bairkan kami dan aku marayakan pernikahanku ditengah-tengah kalian dan kami suguhkan makanan untuk kalian???!”
Maka mereka manjawab dengan kasar: ”Kami tidak butuh makananmu maka keluarlah dari negeri kami!”.

Sungguh ada rasa keheranan yang disembunyikan pada diri kaum musyrikin selama tinggalnya Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam di Mekkah, yang mana kedatangan beliau meninggalkan kesan yang mendalam pada banyak jiwa. Sebagai bukti dialah Maimunah binti Harits, dia tidak cukup hanya menyatakan keislamannya bahkan lebih dari itu beliau daftarkan dirinya menjadi istri Rasul Shallallâhu ‘alaihi wa sallam sehingga membangkitkan kemarahan mereka.

Untuk berjaga-jaga, RasulullahShallallâhu ‘alaihi wa sallam tidak mengadakan walimatul ‘Urs dirinya dengan Maimunah di Mekkah. Beliau mengizinkan kaum muslimin berjalan menuju Mekkah. Tatkala sampai disuatu tempat yang disebut ”Sarfan” yang beranjak 10 mil dari Mekkah maka Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam memulai malam pertamanya bersama Maimunah radhiallaahu ‘anha. Hal itu terjadi pada bulan Syawal tahun 7 Hijriyah.

Mujahid berkata:”Dahulu namanya adalah Bazah namun Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam menggantinya dengan Maimunah. Maka sampailah Maimunah ke Madinah dan menetap di rumah nabawi yang suci sebagaimana cita-citanya yang mulai, yakni menjadi Ummul Mukminin yang utama, menunaikan kewajiban sebagai seorang istri dengan sebaik-baiknya, mendengar dan ta’at, setia serta ikhlas.

Setelah NabiShallallâhu ‘alaihi wa sallam menghadap ar-Rafiiqul A’la, Maimunah hidup selama bertahun-tahun hingga 50 tahunan. Semuanya beliau jalani dengan baik dan takwa serta setia kepada suaminya penghulu anak Adam dan seluruh manusia yakni Muhammad bin Abdullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Hingga, karena kesetiaannya kepada suaminya, beliau berpesan agar dikuburkan di tempat dimana dilaksanakan Walimatul ‘urs dengan Rasulullah.

‘Atha’ berkata:”Setelah beliau wafat, saya keluar bersama Ibnu Abbas. Beliau berkata:”Apabila kalian mengangkat jenazahnya, maka kalian janganlah menggoncang-goncangkan atau menggoyang-goyangkan”. Beliau juga berkata:”Lemah lembutlah kalian dalam memperlakukannya karena dia adalah ibumu”.

Berkata ‘Aisyah setelah wafatnya Maimunah: ”Demi Allah! telah pergi Maimunah, mereka dibiarkan berbuat sekehendaknya. Adapun, demi Allah! beliau adalah yang paling takwa diantara kami dan yang paling banyak bersilaturrahim”.

Keselamatan semoga tercurahkan kepada Maimunah yang mana dengan langkahnya yang penuh keberanian tatkala masuk Islam secara terang-terangan membuahkan pengaruh yang besar dalam merubah pandangan hidup orang-orang musyrik dari jahiliyah menuju dienullah seperti Khalid dan Amru bin ‘Ash radhiallaahu ‘anhu dan semoga Allah meridhai para sahabat seluruhnya.

Wallahu a'lam..

Bahasa Banjar..Bahasaku 2...


بسم الله الرحمن الرحيم
اسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Alhamdulillah syukur kepada Allah SWT atas nikmat iman yang diberi, selawat ke atas Nabi,salam perjuangan dan salam kasih sayang dalam mencari redha Allah.

Hah! entri kali ini adalah berkaitan dengan bahasa ibundaku..bahasa banjar..pada sesiapa yang tidak berminta untuk meneruskan bacaan kerana tidak ada kena mengena dengan banjar bolehlah membaca entri-entri yang lain. Mesti kelakarkan kumat-kamit mulut pembaca nak baca cerita ni sampai habis. Apa pun penulis berbangga dengan bahasa banjar..bahasa keturunanku..sebuah bangsa yang punya sejarah sendiri,punya kisah atau cerita sendiri..juga punya keunikan tersendiri...

Kisah Si Palui >> Mancuba kada babayar.
Mancuba Kada Babayar

PALUI itu tamasuk urang nang kada tapi cariwit wan gawian. Samunyaan usaha dicubanya, asal kawa jadi duit gasan mahidupi anak bini di rumah.

Wayah musim limau ini Palui bausaha bajualan limau. Ada limau Sungai Madang, limau Anjir dan ada jua limau Kalampayan Astambul.

Supaya banyak hujungannya, Palui manukari limau jualannya itu langsung matan kabunnya. Tapi rupanya Palui kada saurangan, banyak jua urang lain nang bajual limau. Karna banyak saingan itulah maka rancak banar Palui tapaksa bajual murah asal tabulik mudal, daripada limaunya burukan karna kada payu lalu inya rugi. Ngalu pulang kapala Palui mamikirakan nangkaya apa supaya kawa manarik pembeli. Wayah tatamu wan Garbus inya bakisah tantang masalahnya itu.

"Mustinya ikam banyak hujungnya karna ikam langsung manukari matan kabunnya," ujar Garbus.

"Aku kada tahu jua Bus ai, jangankan bahujung atawa tabulik mudal bahkan dalam samingguan ini rugi tarus," ujar Palui takurasam muha pina sadih.

"Mungkin ikam salah taktik ma-atur barang jualan ikam itu, makanya rugi tarus," ujar Garbus.

"Padahal limaunya manis-manis saharusnya urang barabut manukarinya," ujar palui.

"Biarpun limaunya manis-manis, amun prumusinya kurang, tatap haja urang kada hakun manukar," ujar Garbus.

"Prumusi kaya apa Bus? Sudah jua aku tulisi di karton, bahwa limaunya manis tapi tatap haja urang kada hakun baparak," ujar Palui sadih.

"Bulihlah kalu urang manguyak sabigi handak marasai?" ujar Garbus pulang.

"Kalu manguyak ba-arti manukar dan harus bayar," ujar Palui.

"Nah itulah sababnya kanapa urang kada manukari limau ikam, karna ikam kada mau kurang labih. Urang kada hakun manukar kucing dalam karung Lui ai. Saharusnya ikam bariakan haja urang marasani," ujar Garbus mambari nasihat.

Oooooo... kaya itu kah Bus. Tarima kasih Bus lah, ayu ja kaina aku turuti papadahan ikam itu," ujar Palui manyalami Garbus langsung parmisi tulak handak bajualan.

Kamariannya Palui datang pulang manamui Garbus, makin marista haja muhanya.

"Nangkaya apa Lui, banyaklah urang manggarubungi?" ujar Garbus sambil manyirit ka bakul limau Palui nang puang.

"Bujur haja banyak nang bagarubung wan jualanku habis, tapi aku tatap rugi ganal," ujar Palui sadih.

"Hau, kanapa maka nangkaya itu?" ujar Garbus batakun.

"Sasuai papadahan ikam tadi supaya manarik urang nang handak manukar maka aku bakuriak : limau manis, limau Madang, bulih buktiakan, silakah cuba kada bayar perai haja," ujar Palui pina parau suaranya.

"Rupanya karna bulih cuba kada bayar itulah maka bagarubung balawi-lawi urang datangan mancubanya. Ada nang ma-ambil sabigi dan ada jua nang dua bigi, ahirnya babakul-bakul habis. Sedangkan nang manukari hanya dua talu ikung haja," ujar Palui sadih.

"Ooooo......... jadi karna banyak nang mancuba perai itulah maka limau ikam habis tapi rugi. Ujar urang bahari kada usah sakit hati, biar rugi di acan tapi bahujung di asam, jadi biarpun ikam rugi babakul-bakul limau tapi pahalanya cagar ikam nikmati di ahirat kaina" ujar Garbus mahibur Palui.

"Rupanya sudah nasibku sakit balalawasan" ujar Palui taungut



Kisah 2
Sapuluh Balik

GARBUS himung banar karna tahun ini hasil katamannya banyak banar, biar musim kamarau tapanjang tapi hasilnya parak dua kali tahun lalu.

"Kataman bahasil artinya kampung kita makmur biarpun zaman krismon dan musim kamarau panjang, panghidupan warga kita kada sakit," ujar Palui.

"Makanya kalu handak baduit dan gawian bahasil jangan malandau bangun, imbah sambahyang subuh langsung haja ambil cangkul lalu tulak kapahumaan," ujar Garbus manasihati.

"Tarima kasih nasihat ikam Bus ai, tapi ampun maaflah aku mamunji ini kadada maksud handak maminta apa-apa apalagi maminta duit karna aku pun kada kakurangan duit," sahut Palui sambil mahampas salipi kahadapan Garbus.

"Kalu kaya itu aku basyukur jua kawan sanang," ujar Garbus.

"Tarus tarang haja Bus ai biarpun aku malandau bangun dan jarang bakakawanan di sini tapi aku wan biniku ada usaha dan cukup haja maungkusi anak sakulah," ujar Palui.

"Napa usaha ikam Lui?" ujar Garbus batakun.

"Aku dapat razaki dana kumpinsasi BBM nang hanyar babagi di kalurahan, kupakai gasan bajualan wadai, nasi bungkus wan katupat wan sabagiannya gasan mudal kios," ujar Palui sambil batuhui.

"Wah, kalu kaya itu nyaman banar hidup ikam," ujar Gabus.

"Karna ikam hanyar mangatam dan banyak pahulihan maka tulunglah Bus antari aku baras hanyar," ujar Palui.

"Banyakkah Lui ikam handak, barapa balik?" ujar Garbus.

"Kada banyak pang hanya gasan katupat wan nasi kabuli, kurang labih sapuluh balik haja," ujar Palui.

Kamariannya datanglah Garbus ma-antarakan baras hanyar pasanan Palui, karna pasanannya banyak sampai sapuluh balik maka Garbus tapaksa manyiwa garubak.

"Lui..........ui Palui, ininah aku ma-antarakan baras pasanan ikam," ujar Garbus bakiyau.

"Bawa-akan ka dapur, biniku mahadangi barasnya gasan dirandam diulah galapung," ujar Palui sambil kaluar rumah mamaraki Garbus. Palui takajut banar karna Garbus ma-antarakan pasanannya bakarung-karung wan garubak.

"Kanapa maka banyak banar sampai bakarung-karung Bus?" ujar Palui.

"Sasuai pasanan ikam sapuluh balik," sahut Garbus.

"Maksudku......... maksudku sapuluh balik halus, sapuluh cuntang haja, kadanya sapuluh balik 20 liter itu," ujar Palui.

"Waahhhh........ Paluuiiii, kanapa maka kada jalas-jalas bapasan sapuluh cuntang haja, padahal kuantari bagarubak. Kalu kaya itu haraga sapuluh cuntang haja kada cukup gasan mambayar siwa garubaknya," ujar Garbus marista kakalahan.

p/s:ade sesiapa yang faham ke?...hehehehe..


Wednesday, February 10, 2010

Muslim vs Mukmin


بسم الله الرحمن الرحيم
اسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Syukur kepada Allah SWT kerana masih dipanjangkan dan di beri peluang sehingga detik umur ini untuk mengumpul amal sebagai bekal pulang ke kampung asal kelak. Selawat ke atas Nabi junjungan Muhammad SAW serta ahli keluarga baginda. Salam sejahtera daripada si penulis kepada si pembaca.

Sekadar coretan untuk peringatan diri. Hati-hati wahai diri dengan kehidupan dan ujian duniawi, hati-hati wahai diri bawa hati, awasi nafsu duniawi, asal saja berasa puas hati maka saranan agama tidak diendah dan ditolak tepi.Di mana fungsi akalmu wahai diri? Di mana fungsi imanmu wahai diri? Mengapa tidak selari? Antara akal dan iman diri? Hati-hati wahai diri tentang persoalan hati, hati-hati bawa hati, agar tidak jauh hati daripada tuhan Rabbul Izzati,baluti hatimu dengan sikap redha terhadap ujian Ilahi, sabar disetiap mehna dan tribulasi hati dan ujian duniawi yang terpaksa dihadapi oleh hati.

Muhasabahlah diri,agar selalu kenal diri..terpulang padamu wahai diri.. untuk mengenal diri yang terdiri...supaya mampu menunjukkan jalan untuk membawa diri terperi,agar mampu mencapai makrifat diri yang tajalli...pilihan ditanganmu sendiri, yang mampu membantumu adalah apa yang kamu imani...selari dengan tuntutan Al-Quran dan sunnah Nabi....agar kamu kaji,harus kamu kaji...untuk mencapai makrifat pada Ilahi, agar kamu wahai diri, tidak menjadi manusia yang rugi.

Jika diri mula dilalaikan oleh hati, cepat-cepatlah muhasabah diri,sifat mazmunah perlu dibersihi agar bening hati dapat menembusi cahaya ilahi..agar nur diri dapat melihat diri yang azali, perkara yang syubhah perlu dijauhi,agar kita mampu menjadi mukmin yang sejati tidak hanya menjadi muslim pada diri.Terpulang padamu wahai diri untuk memperjalankan diri yang disebut tadi,nasihat telah ku beri...jawapan ada pada minda dan imanmu sendiri.

Sesungguhnya amat beruntung manusia yang bergelar muslim.Ya, kita semua yang mengucap dua kalimah syahadah adalah muslim.Muslim adalah manusia yang terbaik.Maha suci Allah yang telah menjadikan Islam sebagai umat yang terbaik iaitu umat yang mewarisi bumi sebagai khalifah.

Justeru, entri kali ini adalah berkenaan dengan Muslim vs Mukmin.Semoga dengan huraian yang tidak seberapa ini mampu memberi kefahaman kepada kita agar meningkatkan martabat iman kita pada Allah SWT.Agar hari ini lebih baik daripada semalam dan esok lebih baik daripada hari ini.

Sesungguhnya amat beruntunglah orang-orang yang menyedari dan memahami Islam sebagai umat yang terbaik.Kesedaran dan kefahaman ini mengingatkan umat Islam mengenai tanggungjawab yang dipikulnya. Sesungguhnya Allah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-ganang tetapi mereka tidak sanggup menerimanya.

Firman Allah dalam al-Ahzab:72 yang bermaksud:"Sesungguhnya kami mewarkan amanah pada langit, bumi dan gunung-ganang, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khuatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh"

Oleh sebab itu, amanah itu akhirnya diberikan kepada manusia.Manusia adalah pembawa amanah Allah di bumi ini.Kerana apa? Kerana manusia adalah khalifah Allah. Tugas khalifat adalah adalah menunaikan amanah yang telah diberikan kepadanya.Namun persoalannya golongan manakah yang memegang amanah ini dengan teguh?Itulah golongan umat Islam.Iaitu golongan yang taat dan patuh kepada Allah SWT.

Ingatlah! Keunggulan kita sebagai muslim kerana sememangnya kita diberi modal yang lebih oleh Allah apabila dibandingkan dengan sahabat-sahabat kita yang bukan Islam. Apabila kualiti kehidupan kita daripada segi cara berfikir,bertindak,dan cita-cita kita sama dengan mereka yang bukan Islam, bererti modal besar kita itu kurang manfaatnya.Apabila tidak segera menyedari kelebihan kita sebagai muslim, mungkin lambat laun modal kita akan habis.

Allah memberikan akal kepada manusia dengan tujuan supaya dapat membezakan yang baik dengan yang buruk.Namun ingatlah, nikmat Islam hanya diberikan kepada sebahagian manusia sahaja. Alhamdulillah, diantara orang yang beruntung itu adalah kita.Dapatkah kita buktikan dalam kehidupan kita.Wahai sahabat-sahabatku sekalian,gelaran muslim yang kita miliki sesungguhnya adalah modal untuk kita mengabdikan diri kepada Allah. Akan tetapi apa yang berlaku kini adalah sebaliknya. Berapa ramai muslim di luar sana yang angkuh dan sombang terhadap Allah SWT,tidak mahu patuh dan tidak mahu taat pada perintah dan undang-undang yang Allah tetapkan terhadap manusia.

Allah berfirman dalam surah Ali-Imran :110 yang bermaksud;"Kamu adalah umat yang terbaik dilahirkan untuk manusia,menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman,tentulah mereka lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik"

Muslim vs Mukmin

Apa beza kita ini muslim dan kita ini mukmin? Anda tahu apa bezanya?. Sebelum penulis menghuraikan perbezaan di antara muslim dan mukmin, penulis ingin mengajak para pembaca sekalian merenung tahap kita di mana dalam golongan 4 manusia menurut pandangan dan penghuraian Abu'A 'La Al-Maududi.

4 golongan manusia:
1)Beriman =taat (melakukan apa yang disuruh dan menjauhi apa yang dilarang)
2)Beriman = tidak beramal dengan sempurna.Dan akan diazab mengikut sebanyak dosa yang mereka telah lakukan.
3)Tidak beriman =tetapi masih melakukan kebaikan (rujuk surah 24:39)=pemberontak:seolah-olah taat tetapi tidak mengiktiraf Allah itu wujud.
4)Tidak beriman =sejahat-jahat manusia (melakukan kejahatan)

Jadi anda ditahap yang mana? Fikir-fikirkan...
Orang yang mukmin semestinya muslim dan orang yang muslim tidak semestinya mukmin.

Mukmin sejati = adalah manusia yang beriman kepada Allah, taat akan perintahnya, tinggal apa yang dilarangnya,bersegera melakukan amal soleh.

Muslim = Beriman kepada Allah (kerana masih mengucap 2 kalimah syahadah) akan tetapi imannya tidak mendorongnya mentaati Allah dan Rasul dan mereka aka diseksa sebanyak dosa yang mereka lakukan.

Kesimpulannya, naiklah martabat diri kita supaya menjadi mukmin yang sejati.Dengan jalan ilmu mengenal Allah SWT dan Rasulnya agar tetanam keyakinan yang akan membuahkan iman.Wallahu a'lam.

Thursday, February 4, 2010

Jom..Kita Perangi ia...


بسم الله الرحمن الرحيم
اسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Syukur kepada Allah SWT dengan ilmu yang telah dikurniakan kepada kita, dan masih memberi izin kepada kita semua untuk mencari Dia Yang Maha Menguasai. Selawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW serta ahli keluarga baginda. Entri kali ini sekadar perkongsian bersama dalam proses kita 'membersihkan diri' dari sifat-sifat yang tercela.Alhamdulillah minggu lepas penulis pulang ke kampung untuk menziarahi ayah dan bonda tercinta.Cuti yang di manfaatkan dengan bermuzakarah dengan ayah penulis sendiri.Ayah adalah antara murabbi yang banyak membimbingku untuk menjadi manusia yang sebenar-benar manusia.Setiap butir mutiara ilmu yang keluar daripadanya amat bermakna buat penulis.

Suka untuk penulis berkongsi ilmu hasil muzakarah penulis bersama ayah. Entri lepas penulis membawa pembaca sekalian untuk mengenali nafsu yang 7. Nafsu yang selama ini kita tidak tahu perjalanannya dalam merosakkan manusia. Oleh kerana itu kita di saran untuk mencari ilmu. Kerana ilmu itu cahaya..cahaya menuju ke jalan yang lurus.

Dalam bacaan Al-Fatihah kita..bagaimana kita benar-benar menghayati maknanya.."tunjukkanlah kami jalan lurus". Dalami benar-benar apa maksudnya, mohon pada Allah SWT supaya di bukakan hijab hati untuk memahaminya. Untuk 'hijab' hati itu terbuka perlulah kita 'menyucikan' diri dan hati kita..dengan salah satu caranya adalah dengan mengenal nafsu sendiri. Oleh kerana itu entri ini berkaitan dengan hati pula.

Rasanya jika anda search dalam internet perkataan yang berkaitan hati pasti pelbagai coretan mengenainya akan anda dapati. Jadi penulis akan cuba sampaikan dari hati penulis supaya ia juga turut sampai menyentuh hati pembaca...berikan hati anda semua pada penulis...bacalah dengan hati..jangan baca dengan akal..kerana sesuatu yang disampaikan melalui hati akan sampai ke hati..(tak gitu semua?)

Tiga jenis hati bentuk peribadi manusia.

Perkembangan jiwa dan watak manusia mempunyai hubungan rapat dengan kedudukan dan bentuk hati (qalbu) yang dimilikinya. Secara umumnya hati atau jiwa manusia itu memiliki sifat hidup dan mati. Bagi hati yang suci dan hidup (qalbun sahih) maka ia akan membawa tuannya ke jalan selamat di mana kemurnian ubudiyahnya (rasa hamba) meletakkan seluruh aktiviti kehidupan hanya untuk Allah SWT.

Bagi hati yang keji dan mati (qalbun mayyit)pula akan membawa tuannya ke arah kebinasaan dengan menjerumuskannya ke dalam tuntutan nafsu syahwat yang penuh kejahilan sehingga lupa menyembah Allah SWT selaku khaliqnya. Di antara kedua-dua jenis hati itu,ada pula hati Qalbun Maridh (hati yang sakit)yang masih lagi memiliki nur keimanan tetapi berada dalam keadaan yang samar kerana tidak berupaya berhadapan desakan hawa nafsu.

Bagi penulis ringkaskan hati yang 3 tadi:
1)Qalbun Sahih
2)Qalbun Mayyit
3)Qalbun Maridh

Dalam penelitian kaum sufi, qalbu disebut sebagai nurani kerana ia memiliki kesedaran antara baik dan buruk. Firman Allah SWT yang bermaksud :"Kemudian kami jadikan Al-Quran itu diwarisi oleh orang yang kami pilih dari kalangan hamba kami; maka di antara mereka ada yang berlaku zalim kepada dirinya sendiri (dengan tidak mengindahkan ajaran Al-Quran), dan di antara mereka ada yang bersikap sederhana, dan di antaranya pula ada yang mendahului orang lain dalam berbuat kebajikan dengan izin Allah. Yang demikian itulah limpah kurnia yang besar dari Allah semata-mata" (surah Fathir:32)

Berdasarkan ayat ini. Syeikul Islam Ibnu Taimiyyah membahagikan manusia kepada tiga darjat kedudukan:

1)Golongan Zhalimun Linafsih iaitu golongan yang sentiasa menzalimi dan menganiaya dirinya. Mereka adalah golongan yang derhaka kepada Allah SWT, meninggalkan perintah (suruhan atau larangan)serta mengerjakan kejahatan (kemungkaran).

2)Golongan Mukhtasid iaitu golongan manusia darjatnya pertengahan dengan sifatnya cermat, berhati-hati dengan melaksanakan kewajipan dan menjauhi larangan-Nya.

3)Golongan Sabiqun Bil-Khairat iaitu golongan yang sentiasa aktif dan proaktif dalam melakukan dan mengerjakan kebaikan. Golongan ini tinggi kerohaniannya di mana mereka tidak hanya melakukan dan mengerjakan kewajipan, sebaliknya melakukan perintah (suruhan dan larangan)serta meninggalkan perkara yang syubhat dalam kehidupannya.

Sayid Sabiq pula membahagikan kekuatan kerohanian manusia kepada tiga tingkat nafsu insan paling rendah dan hina yang hanya mengutamakan desakan atau dorongan hawa nafsu semata-mata serta godaan syaitan.

Seperti yang telah penulis hurai pada entri yang lepas mengenai nafsu yang 7, nah! ini dia keterkaitan perbincangan kita.Mari kita refresh kembali, nafsu lawwammah iaitu nafsu yang dapat mengawal amal soleh serta gemar menegur atau mengkritik diri apabila terjerumus ke dalam lembah kemungkaran.

Nafsu Mutmainnah iaitu tingkat kerohanian insan yang paling tinggi dan luhur. Ini adalah jiwa yang tenang lagi suci dalam keadaan kekal melakukan amal soleh.
Menurut Imam al-Ghazali, proses penyucian diri (tazkiyah al-nafs)untuk mencapai tahap nafsu yang diredai seperti tahap nafsu di atas dapat diperolehi melalui jalan ilmu dan amal. Tazkiyah al-nafs mengandungi dua keadaan iaitu membebaskan (mengosongkan) diri dari sebarang sifat mazmumah (keji)mengisi (menghiasi)jiwa dengan sifat mahmudah(mulia)

Ilmu tasawuf berkaitan dengannya. Dalam pengertian ilmu, tasawuf bermaksud mensucikan qalbu dan menjernihkan roh agar dapat merasai limpahan cahaya ilahi. Amalan tasawuf dibangunkan di atas latihan kerohanian (riyadhat ruhiyyah). Pengamal dan penghayatan tasawuf adalah bermatlamatkan ibadat dan zuhud semata.

Sesungguhnya kesejahteraan,kedamaian dan kebaikan jiwa insan mukmin itu bergantung kepada tazkiyah al-nafs. Nafsu pada hakikatnya adalah penggerak tingkah laku yang cenderung kepada sama ada kebaikan atau kejahatan. Allah mengilhamkan kepada jiwa insan itu dengan 2 ilham.Ilham yang berbentuk fujur iaitu jalan yang membawa insan ke arah kesejahteraan dan ilham berbentuk taqwa iaitu jalan yang membawa manusia ke arah kebaikan dan amal soleh.

Dua bentuk jalan ini terkandung dalam firman Allah SWT yang bermaksud:"Demi diri manusia dan yang menyempurnakan kejadiannya serta mengilhamkannya (untuk mengenal)jalan yang membawanya kepada kejahatan, dan yang membawa kepada bertaqwa.
Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya yang sedia bersih bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan), dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya yang sedia bersih itu susut dan terbenam kebersihannya dengan sebab kekotoran maksiat jiwanya" (surah Asy-Syams :7-10)..Allahu akhbar!!!

Sifat qalbu (hati/jiwa) sering berbolak-balik san sering berperang antara nafi dan isbat. Dalam ayat 1, surah Alam Nasyrah digunakan kata 'sadr'yang bererti 'dada' untuk menggambarkan suasana hati (jiwa).Keadaan ini menjelaskan bahawa hati manusia itu bersifat tidak konsisten atau berbolak-balik.

"Perang batin" ini tidak akan berkesudahan selagi ia tidak mencapai kepada keyakinan (akidah/keimanan)yang teguh."Perang batin" ini dapat dirasai ketika manusia hendak melakukan ibadah seperti solat,puasa, zakat, berjihad (jihad hawa nafsu terutamanya) dan sebagainya.Untuk mencapai keyakinan maka jihad melawan hawa nafsu perlu dilaksankan oleh manusia dan inilah yang sering di sebut sebagai "jihad yang besar".

Jihad melawan hawa nafsu inilah yang menjadi manhaj (jalan)mengenal Allah SWT. Qalbu(hati)perlu dijaga kerana pengaruhnya terhadap diri dan kehidupan bermasyarakat amat jelas, jika baik hati individu itu maka baiklah amalannya dan jika kotor jiwa individu itu maka buruklah amalannya.

Sebuah hadis nabi bermaksud:"Ketahuilah bahawa dalam jasad itu ada seketul darah (daging), apabila ia bersih, maka bersihlah tubuh badan semuanya dan apabila rosak (keji) maka rosaklah seluruh tubuh itu, Ketahuilah itulah hati"
(Muttafaqun 'Alaih)

Dalam masyarakat melayu sering kita mendengar ungkapan 'hati iblis','hati yahudi','hati malaikat' dan seumpamanya. Semua bentuk gelaran hati ini melambangkan keperibadian pemiliknya.Hati yang kotor 'keji' akan menjadi hijab/penghalang kepada Nur Allah SWT.

Qalbu(hati) terang bercahaya menjadi nur (pelita/cahaya)kepada manusia menempuh jalan baik dan haq. Al-Quran itu sendiri diturunkan menjadi uda lil muttaqin ( petunjuk kepada hati yang bertaqwa). Justeru itu, hati mesti dibersihkan melalui jalan tarbiyyah rabbani ke dalam jiwa mukmin yang mampu dilakukan melalui amal ibadah yang dicontohkan oleh nabi dan sahabatnya serta para tabi'in.

Al-Quran menegaskan dalam surah Al-kahfi yang bermaksud:"Dan jadikanlah diri-mu sentiasa berdamping rapat dengan orang yang beribadah kepada tuhan mereka pada waktu pagi dan petang, yang mengharapkan keredaan Allah semata-mata; dan janganlah engkau memalingkan pandanganmu daripada mereka hanya kerana engkau mahukan kesenangan hidup di dunia; dan jangan engkau mematuhi orang yang kami ketahui hatinya lalai daripada mengingati dan mematuhi pengajaran kami di dalam Al-Quran, serta menurut nafsunya, dan tingkah lakunya pula adalah melampaui kebenaran"

Hawa adalah kecenderungan nafs kepada syahwat. Ia adalah ciri tingkah laku negatif yang merosakkan kehidupan manusia. ia menyukai, menyenangi dan merindui terhadap perkara yang dihajati atau dikehendaki oleh syahwah.

Syahwah adalah kalimah (perkataan) dalam Al-Quran yang menggambarkan keinginan insan terhadap keseronokan, kelazatan dan kesenangan (rujuk surah Maryam:4). Ia juga bermaksud fikiran tertentu yang cenderung ke arah melakukan kejahatan dan penyelewengan (sila rujuk An-Nisaa:27)dan syahwah juga bermaksud perilaku terhadap seks (rujuk An-Naml:55)

Untuk mencapai kedamaian, kebahagiaan dan ketenangan hati maka manusia perlulah mengikis penyakit hati yang bersarang di jiwanya.Wallahu a'lam.

p/s:semoga hari ini lebih baik dari semalam...jom kita perangi ia..hawa nafsu kita..jihad yang paling besar..takbir!!!

Tuesday, February 2, 2010

Kenali dan Didiklah Nafsumu


بسم الله الرحمن الرحيم
اسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Alhamdulillah, puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan kita, selawat ke junjungan Muhammad SAW. Salam optimis,salam mujahadah...Muhasabah diri dan amal,daripada Sahl bin Saad r.a, Nabi Muhammad SAW bersabda:"Sesungguhnya Allah Azzawajalla adalah mulia. Ia menyukai kemulian,ia juga menyukai akhlak yang tinggi dan membenci akhlak yang rendah" (Riwayat al-Hakim dan at-Tabrani)

Muhasabah amal, semoga hari ini lebih baik daripada semalam. Kerana kita ini namanya manusia. Hamba Allah yang bernama manusia ini tidak terlepas daripada membuat khilaf samada yang disedari atau tidak disedari. Oleh kerana itu, apabila kita mengenal diri kita dengan sebenar-benar kenal maka, kita akan mampu 'mengawal' diri kita. Kerana apa?,kerana dalam diri kita terdapat nafsu yang 7.Apa itu nafsu yang 7? Bermula dengan tingkatan martabat nafsu yang paling rendah dan buruk iaitu nafsu amarah, kemudian lawamah, kemudian mulhaimah, kemudian muthmainah,kemudian radiah, kemudian mardiah dan akhir sekali kamaliah

Bila bercakap tentang nafsu, ramai di antara kita mengatakan atau menganggap ia sebagai suatu kelakuan jahat yang terbit dari perlakuan seseorang. Ada sesetengah orang berkata “jangan mengikut nafsu, nanti menjadi lesu” hidup ini jangan sekali-kali mengikut nafsu kerana ia adalah pekerjaan syaian.

Pendek kata ramai diantara kita belum lagi mengetahui takrif nafsu dan juga martabat nafsu. Adapun takrif nafsu boleh dibahagikan kepada dua (2) iaitu :

Nafsu adalah satu perlakuan naluri manusia yang mendorongkan perlakuan yang dikuasai oleh iblis laknatullah untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syari’at dan hakikat Allah swt. Ianya terbit daripada kekotoran hati manusia dengan Allah swt.

Nafsu juga boleh ditakrifkan sebagai suatu martabat kelakuan hati dan kalbun manusia di dalam arah tuju ke martabat kesucian seseorang itu pada hakikat dan makrifat dengan Allah swt. Ianya boleh ditafsirkan sebagai taraf dan tahap hijab-hijab yang harus ditembusi oleh manusia untuk mengenal dirinya dan mengenal ia akan Tuhannya.

Adapun nafsu itu letaknya di cabang hai manusia. Ianya bertindak sebagai dinding (hijab) perhubungan diantara diri rahsia manusia dengan tuan empunya diri (Tuhannya).

Oleh itu tugas manusia yang hendak menuju kepada makrifat hendaklah pula memecahkan ruyung-ruyung hijab ini sehingga ianya sampai ke martabat yang paling tinggi kemuliaannya di sisi Alah swt. dan bebaslah diri batin manusia itu untuk bertemu dengan diri empunya Diri pada setiap saat dan ketika. Tanpa memecahkan ruyug-ruyung nafsu tadi, manusia tidak mungkin dapat kembali kepada Tuhannya semasa hidup (masih bernafas) atau mematikan dirinya sebelum mati.

Disamping itu manusia yang hendak menuju ke jalan makrifat Tuhanya haruslah pula berusaha supaya sampai ke martabat mematikan diri sebelum mati.



Adapun Martabat Nafsu pada diri manusia itu adalah terdiri dari tujuh (7) nafsu sebagimana yang termaktub didalam Al-Quran seperti yang penulis nyatakan di awal tadi iaitu:

Nafsu AMARAH
Nafsu LAWAMAH
Nafsu MULHAIMAH
Nafsu MUTHMAINAH
Nafsu RADIAH
Nafsu MARDIAH
Nafsu KAMALIAH

“Sesungguh nya Kami telah menciptakan ke atas dirimu tujuh jalan (nafsu)”
( Surah Al-Mu’minun ayat – 17 )


1. NAFSU AMARAH

Nafsu Amarah itu adalah satu kelakuan hati yang menerbitkan suatu perangai yang mengandungi sifat-sifat Mazmumah yang terampau banyak.

Manusia-manusia yang memiliki nafsu Amarah biasanya memiliki sifat-sifat Mazmumah iaitu sifat yang dikeji oleh Allah swt. Iaitu sifat-sifat seperti dengki, khianat, iri hati, pemarah, berang, emotional mengikut hati dan lain-lain lagi. Biasanya mereka yang dikuasai nafsu Amarah bertindak mengikut fikiran tanpa menggunakan akal. Kadang kadang mereka merasa diri merekalah berkuasa dan semuanya adalah hak mereka. Mereka boleh bersultan di mata dan beraja di hati. Seperti Firman Allah :

“Sesungguhnya Nafsu Amarah itu sentiasa menyuruh berbuat jahat”
(Surah Yusof – ayat 53)

dan FirmanNya lagi :

“Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang mengambil hawa nafsunya menjadi Tuan dan dia disesatkan Allah kerana Allah mengetahui (kejahatan hatinya) lalu di tutup Allah pendengarannya (telinga batin), mata basirnya dan tetap tertutup.”
(Surah Al-Jaashiah – ayat 23)

Dan sesungguhnya orang-orang yang dikongkongi oleh nafsu Amarah biasanya tak ahan di uji dan jika di uji dengan satu-satu entuk ujian atau satu cabaran dan dugaan mereka terus melenting bertindak mengikut fikiran dibawah hasutan syaitan dan kuncu-kuncunya.
Pada peringkat nafsu ini, manusia tetap dikuasai oleh iblis, jiwa mereka sentiasa tegang, fikiran sentiasa kusut, pegangan hanyut dan hati jarang-jarang sekali mengingati Allah SWT.

Mereka di peringkat nafsu ini akan mengingati Tuhan ketika susah dan melupaiNya ketika senang seperti firman Allah di dalam Al-Quran :

“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi bila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa.”
(Surah Fusilat – ayat 51)

Mereka juga bertindak di dalam sesuatu hal, langsung tidak berpandu kepada syariat Allah swt. tetapi mereka lebih berpandukan fikiran, angan-angan dan tidak pula penah terbit pada hati mereka satu perasaan salah terhadap sesuatu kesalahan yang mereka sendiri lakukan.

Sesungguhnya nafsu Amarah ini adalah nafsu binatang. Malahan ianya lebih hina daripada binatang bagi mereka yang menguasai nafsu Amarah.
Mereka mempunyai hati yang tidk memerhati, mempunyai mata yang tidak melihat, mempunyai pendengaran yang tidak mendengar, malahan boleh disifatkan mereka ini sebagai seekor binatang yang berupa manusia.

Seperti firman Allah di dalam Al-Quran :

“Akan di campakkan ke dalam neraka Jahanam daripada golongan-golongan jin dan manusia yang mempunyai hati tidak memerhati, yang mempunyai mata tidak melihat, yang mempunyai pendengaran tidak mendengar, mereka itu adalah seperti binatang, malahan lebih hina daripadanya dan mereka lah termasuk daripada orang-orang yang lalai”
(Surah Al-A’araf – ayat 179)

Perlu juga diingatkan bahawa bagi orang-orang yang dikuasai oleh nafsu Amarah biasanya suka bersifat bermuka-muka dengan sesuatu yang diperolehinya dan suka memperbodohkan kelemahan orang lain walaupun rakan karibnya sendiri. Mereka mencela orang lain dan membayangkan dialah orang yang paling baik dan sempurna. Mereka bertindak menjaja keburukkan orang kepada orang lain dengan harapan keburukkan orang itu dapat memberi keuntungan kepada diri mereka.
Mereka ini tidak ubah seperti ayam balor yang mempunyai bulu yang elok tetapi tahi melekat di badannya.

Justeru daripada itu, adalah menjadi kewajipan diri manusia tersebut haruslah menyucikan sifat-sifat nafsu Amarah tadi supaya terbitnya sifat-sifat murni dan hilangnya sifat-sifat mazmumah dalam diri manusia itu seperti firman Allah :-

“Demi nafsu (manusia) dan kesempurnaan (kejadian) maka Allah mengilhamkan kepada nafsu itu jalan kefaskan dan ketaqwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan nafsunya”
(Surah Asy Syam – ayat 7-10)

Oleh yang demikian maka seseorang itu hendaklah berguru dan berzikir menyucikan diri nya mengikut petua-petua yang diberi oleh guru mereka di dalam usahanya membersihkan dirinya dengan Allah swt.
Maka beramal lah mereka dengan petua-petua yang diberi oleh gurunya sehinggalah terbitnya peningkatan ke satu martabat nafsu yang seterusnya yang bernama nafsu Lawamah.

Zikir orang-orang Amarah biasanya di lidah tanpa menyerap di dalam hatinya. Zikir nya kosong tidak bertenaga dan bermaya dan sesungguhnya zikir adalah merupakan klorox bagi menyucikan kekotoran hati yang tidak boleh dicucikan oleh jenis-jenis sabun.

Jiwa mereka pada masa ini kosong hubungan dirinya dengan Empunya Diri adalah terputus langsung. Malahan diri rahsianya dihijab tebal daripada Allah swt. Diri batinnya kurus melidi, sakit tersiksa sedangkan badan zahirnya gemuk dan sihatnya seperti ubi kayu di tanah bukit, sedang tubuh batinnya di anai-anaikan oleh nafsu Amarah.

Penyakit Nafsu Amarah ini jika dibiarkan menular pada jiwa manusia ianya menyebabkan bertimbunnya pada hakikat selaput-selaput tebal, gelap dan kemas untuk mengingati Tuhannya. Dan hidupnya terus hanyut tidak berpedoman sebagai kabus di waktu pagi ataupun bagai awan di langit. Sesungguhnya bagi mereka yan dikuasai nafsu Amarah merekalah termasuk di dalam golongan manusia yang rugi di sisi Allah SWT.

2. NAFSU LAWAMAH

Pada peringkat nafsu Lawamah manusia telahpun dapat menguasai satu perasaan semacam melarang seseorang manusia itu melakukan sesuatu kesalahan kezaliman dan apa saja yang ditegah oleh syariat.
Perasaan ini timbul pada sudut-sudut hatinya pada setiap ketika mereka melakukan sesuatu kesalahan, maka bisikan di dalam hati mereka inilah dinamaan Lawamah.

Sesungguhnya Lawamah ini bolehlah diibaratkan seperti lampu isyarat (Alarm) di dalam sebuah kereta di mana lampu ini akan menyala berwarna merah/kuning bila kereta tersebut kehabisan minyak dan mengisyaratkan tuannya supaya mengisi minyak baru sebelum bahaya merempuh datang dari hadapan. Bagi mereka yang mempunyai Lawamah (isyarat larangan) dan mereka pula mematuhinya dengan penuh rasa tanggungjawab, maka mereka akan terselamat dari bahaya yang datang dari gejala-gejala nafsu Amarah yang masih berdaki laput di dalam jiwanya.
Sebaliknya jika seseorang itu yang telah meningkat ke martabat nafsu Lawamah tetapi tidak mematuhi isyarat larangan Lawamah, maka lama-kelamaan isyarat tersebut akan padam dan akan kembali lah mereka kepada nafsu Amarahnya.

Zikir mereka pada martabat nafsu Lawamah biasanya masih melekat di bibir tetapi kadang-kadang mulai telah menyerap masuk ke dalam hatinya dan keadaan tersebut tidak tetap. Maka haruslah seseorang itu meneruskan zkirnya sebagaimana yang dipetuakan oleh gurunya dengan tabah.
Mereka pada martabat ini masih lagi bergelumang dengan daki sifat-sifat Mazmumah tetapi ianya mulai menurun ke satu tahap minima. Sifat-sifat seperti gelojoh, marah, lekas melenting, hasad dengki dan lain-lain sifat terkeji mulai mengurang hasil kepatuhannya terhadap isyarat Lawamah yang terbit dari sudut hatinya. Kekusutan fikirannya telah pun menurun dan mereka mulai merasa segan untuk melakukan sesuatu dari sifat Mazmumah malahan mereka sering menyesali di atas sikap-sikap zalim yang pernah dilakukan oleh mereka dahulu.
Seperti firman Allah di dalam Al-Quran :

“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri”
(Surah Al-Qiyaamah – Ayat 2)

Maka dengan ketekunan mematuhi isyarat serta kuat pula berzikir maka tingkatan nafsu mereka akan meningkat ke martabat nafsu ketiga yang dinamakan Nafsu Mulhamah.
Pada peringkat nafsu Lawamah seseorang itu telahpun dapat menerima ilmu Ghaib melalui Laduni pada peringkat NUR atau mimpi di dalam tidurnya dan kadang-kadang pula dapat menerima ilmu Laduni di peringkat tajalli. Oleh yang demikian maka seseorang itu haruslah pula berusaha dengan tekun dan sabar mengikuti petua-petua gurunya dan jangan sekali leka, semoga peningkatan martabat nafsunya akan tecapai.


3. NAFSU MULHAIMAH.

Setelah seseorang itu berjaya mengikuti petua-petua daripada gurunya dan menerima teguran isyarat Lawamah dengan patuhnya, maka seseorang itu akan tercapai tahap nafsu yang lebih tinggi dan mulia martabatnya daripada nafsu Amarah dan nafsu Lawamah.

Adapun yang dimaksudkan dengan nafsu tersebut adalah nafsu Mulhaimah. Pada peringkat nafsu ini seseorang itu telah pun dapat menyingkir sebahagian besar daripada sifat-sifat yang dikeji oleh Allah swt. Jiwa mereka pada masa ini telah pun mulai berkembang sifat-sifat tenang, lapang dadanya dan mereka telah pun dapat pengajaran ilmu ghaib melalui jalan Laduni, diperingkat Nur dan Tajalli daripada Tuhannya. Tetapi manusia diperingkat ini masih wujud lagi terkadang-kadang siat-sifat Mazmumah yang dikeji oleh Allah swt. Jiwa mereka kadang-kadang tenang dan ada masanya fikirannya gelabah, gelisah dan sebagainya. Pendek kata sifat-sifat Mazmumah itu masih lagi melanda jiwa mereka.

Zikir mereka di peringkat ini telah pun mulai melekat di hati dan bukan lagi melewa-lewa di lidah sahaja. Walaubagaimanapun tidak lah bermakna yang zikirnya di peringkat ini 100% telah tetap di hati mereka. Di samping itu pada tahap Mulhaimah ini, isyarat larangan Lawamah tetap berkembang malah lebih membesar dan sesungguhnya pada peringkat zuk ini mereka telapun dapat menerima perasan zuk (mulhamah) dengan zikirnya dan dapat lah sedikit sebanyak menerima nikmat zikir yang diamalkan. Sesungguhnya tugas tersebut haruslah dilakukan bersungguh-sungguh dan lebih bekerja keras untuk meningkat martabat nafsu Mutmainah yang diakui syurga oleh Allah Taala.


4. NAFSU MUTMAINAH

Setelah mencapai suatu martabat Mulhamah dan berjaya pula mengikut petua-petua gurunya serta dapat pula menerima zuk dan sir di samping hilang pula segala sifat mazmumah pada dirinya. Maka seseorang itu akan mendapat ketenangan, kelapangan jiwanya, hilang sifat-sifat resah gelisah hatinya.
Hatinya ketika itu mulai melekat rasa lamunan kasih terhadap Allah swt dan mereka ini adalah dijamin 100% oleh Allah syurga, maka itu lah mereka yang telah berjaya mencapai ke martabat nafsu Mutmainah.

Seperti firman Allah di dalam Al-Quran :-

“Ingatlah sesungguhnya wali-wali Alah itu tidak ada kekuatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati iaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan akhirat.”
(Surah Yunus – ayat 62 – 64)

Dan firman Allah Taala lagi :-

“Wahai orang yang bernafsu Mutmainah pulanglah ke pangkuan Tuhanmu dengan perasaan lapng dan kesenangan dan jadilah kamu hambaKu dan kekallah dirimu di dalam syurga.”
(Surah Al-Fajr – ayat 27-30)

Zikir mereka pada martabat ini telah pun melekat dihati dan terus bersama ingatan dengan Allah Taala pada setiap masa dan ketika. Dan pada peringkat ini mereka telahpun mendapat kalbun iaitu satu cahaya yang bergerak diantara atas dan bawah pada bahagian jantung yang bertindak sebagai dynamo untuk mengalirkan current ingatan kasih mesra, cinta rasa dengan Allah swt.

Pada peringkat martabat ini seseorang manusia itu bolehlah disifatkan telah mencapai martabat wali iaitu dinamakan oleh para ahli Tasauf sebagai Wali Kecil. Disamping telahpun mulai menerima Ilmu Ghaib (Laduni) melalui cara sirusir dan telahpun berjaya mendapat mata basir.

Pada peringkat ini, timbul lah sifat-sifat super yang tidak boleh dimiliki oleh orang-orang awam seperti keramat, mulut masin, berkat da sebagainya. Bagi mereka diperingkat ini sering dilamun perasaan pana akibat kuatnya gelora lamunan cinta terhadap Allah swt.


5. NAFSU RADIAH

Setelah mencapai martabat nafsu Mutmainah dan gigihnya pula melatih dirinya untuk makrifat dengan Allah swt., maka seseorang itu akan ditingkatkan lagi iaitu martabat nafsu Radiah.

Zikir mereka pada martabat ini tetap berada dihatinya dan ucapan zikirnya pula dihatinya semata-mata. Mereka tidak pernah leka, lalai dari ingatannya dengan Allah swt.
Mereka sering mengalami pana’ akibat kuatnya gelora lamunan cinta dirinya dengan Allah swt. Mulut mereka sering terlatah tentang sesuatu yang bertentangan pada pandangan zahir syaria, hidupnya terus terampungan bersama Allah swt.

Pada martabat ini jiwa mereka telahpun suci, hatinya bersih hening dan setiap apa yang dilakukan olehnya samada dengan mulut, tingkah laku, semuanya mulai mendapat keredaan Allah swt. Adapun pana’ mereka diperingkat nafsu Radiah ini adalah dinamakan pana’ kalbi iaitu hatinya, nuraninya terus dilambung perasaan cinta terhadap Allah swt pada setiap saat di dalam masa hayatnya.

6. NAFSU MARDIAH.

Bagi mereka yang mencapai martabat nafsu Mardiah, jiwa mereka bakabillah iaitu hatinya, kalbunya dan jasadnya sekali mempunyai perasaan cinta yang amat sangat terhadap Allah swt. Jiwanya tenang, lapang tidak gelisah malahan seluruh jiwa raganya tertumpu kepada Allah semata-mata. Zikir mereka diperingkat ini tetap bersemadi di dalam kalbun dan tidak pernah pun lalai dan lupa kepada Allah, walaupun sesaat di dalam hidupnya.

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah nescaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar (ke alam lain)”
(Surah Al-Talak – ayat 2)

7. NAFSU KAMALIAH.

Adapun yang dimaksudkan dengan Kamaliah ini adalah keadaan telah berkamil atau bersebati kelakuan diri zahir dengan kelakuan diri batin pada kontek dirinya dengan Allah swt. di dalam hidupnya.

Pada martabat ini, apa saja kelakuan diantara diri batin dan jasad adalah sama dan tidak bercerai tanggal diantara satu dengan yang lain. Dimana setiap perlakuan yang dilahirkan oleh mereka di martabat ini direstui dan diredhai oleh Allah Taala secara spontan. Keadaan ini dinamakan Kata Jadi ( Kun Fayakun ). Pendek kata, barang kata barang jadi, mereka ini nak dikatakan sakit, amat sakit, kalau keramat amat keramat, kalau alim teramat alim dan mereka mempunyai segala kelebihan yang tidak boleh sekali diterokai oleh manusia awam.

Bagi mereka yang telah mencapai martabat nafsu Kamaliah, mereka hendaklah pula berusaha mengembalikan dirinya ke martabat nafsu orang mukmin iaitu nafsu Mutmainah. Mereka tidak harus tinggal lama di martabat nafsu Kamaliah. Mereka harus menjadikan diri mereka kembali kepada orang awam, bergaul berniaga, berpolitik dan menjadi khalifah di alam maya tetapi jiwa raganya tetap bersama Allah buat selama-lamanya sehingga darjat dirinya payah ditelah oleh orang ramai dan ini boleh disebut sebagai orang alim tidak alim, orang jahil tidak jahil. Pendek kata sifat manusia yang sempurna dan sederhana dimiliki oleh mereka di martabat ini dan mereka mulia di dunia dan akhirat.

Oleh itu wahai teman-teman, tuntutilah Ilmu Tasauf sehingga tercapai martabat yang telah di coretkan ini, semoga kita bersama selamat di dunia dan akhirat.

“Berbahagialah engkau yang mencapai martabatnya” wallahu a'lam.

p/s: muhasabah amal, koreksi diri...moga hari ini lebih baik daripada semalam...segala yang baik daripada Allah dan segala yang buruk atas kekhilafan diri penulis sendiri.